wayang cangkem ki ramino
Wayang Dalang Ki Ramino
Kamis, 25 Juli 2013
Download mp3 ki ramino
bagi yang mau download mp3 ki ramino bisa di unduh di sini file berbentuk rar
1 Lakon full :
http://www.4shared.com/rar/_5wAFK_p/ki_ramino_banyu_suci_perwito_s.html
silahkan download
selamat menikmati sajian wayang dalang ki ramino
alamat : Belik , Demangrejo, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta
1 Lakon full :
http://www.4shared.com/rar/_5wAFK_p/ki_ramino_banyu_suci_perwito_s.html
silahkan download
selamat menikmati sajian wayang dalang ki ramino
alamat : Belik , Demangrejo, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta
Perjalanan Dalang Ki Ramino
Sederhana, tidak dalam sebuah panggung besar, dan tanpa disertai
perlengkapan gamelan. Namun tetap unik, tetap menyuguhkan hiburan yang
memikat.
Demikianlah pementasan Wayang Cangkeman, yang dipimpin oleh Ki
Ramino, sang dalang. Disebut Wayang Cangkeman, karena musik pengiring
pementasan wayang ini, berasal dari suara salah seorang personilnya,
bukan mengandalkan gamelan tradisional Jawa, komplit dengan penabuhnya.
Layaknya sebuah pementasan kelompok acapella, Ki Ramino memimpin lakon
wayangnya.
Wayang - wayang yang digunakan pun, berbeda dari wayang kebanyakan.
Bila wayang kebanyakan dibuat dari kulit kerbau, maka wayang di tangan
Ki Ramino, terbuat dari karton.
Sebuah jawaban apa adanya, dari seorang pemuda yang memiliki semangat
berkesenian tinggi. Memang seperti itulah adanya. Ramino, yang tinggal
di Dusun Kentheng, Demangrejo, Sentolo, Kulonprogo ini, adalah pria yang
bersahaja.
Untuk setiap wayang yang dipentaskannya, ia mengandalkan kemampuan
Harun, Suryanto, dan Tumiran. Ketiga orang inilah yang mensuplai Ramino,
dengan berbagai jenis wayang permintaannya. Proses pembuatan wayang,
dipelajari secara otodidak oleh ketiga sahabat ini.
Dimulai
dari menggambar karakter wayang diatas karton. Proses ini hanya
mengandalkan ingatan, pada bentuk wayang yang sudah ada. Bila sang
penggambar tidak memiliki ingatan kuat, tokoh yang digambarnya bisa jadi
tidak sesuai, dengan karakter awal yang dimiliki oleh masing - masing
tokoh, yang sudah dikenal masyarakat.
Setelah digambar, beberapa bagian wayang memerlukan penatahan, atau
pemotongan dengan cutter, sehingga tampak berlubang. Proses ini
merupakan bagian dari estetika dari sebuah bentuk wayang.
Demikian juga proses pewarnaan, juga mengacu pada warna wayang kebanyakan, yang telah tertanam dalam benak mereka.
Wayang - wayang ini, memang dipesan oleh Ramino untuk melengkapi
koleksinya. Penambahan koleksi ini, agar ia bisa memainkan cerita yang
lebih banyak saat pementasan bersama kelompok Wayang Cangkemannya. Namun
siapa yang menyangka, keputusannya menekuni Wayang Cangkeman, berawal
dari kebiasaannya berkomunikasi melalui handie talkie, bersama warga
kampungnya.
Bila
tidak sedang berlatih wayang, Ramino sehari - hari adalah penjual
semangka, di pinggir jalan raya yang menghubungkan Yogja dengan Jawa
Tengah. Inilah mata pencaharian utamanya. Namun ia tidak berkecil hati,
karena dalang yang masih lajang ini, menghidupi dirinya dengan pekerjaan
yang halal.
Upaya Ramino memperkenalkan Wayang Cangkeman, sebagai alternatif
hiburan yang terjangkau, namun tetap memiliki akar budaya Jawa, diawali
dengan pementasan untuk meresmikan gardu atau pos ronda. Ramino juga
pernah mementaskan wayangnya saat peresmian jalan setapak di desanya.
Sekali pentas, ia biasanya mengutip bayaran sebesar 500 ribu rupiah.
Sebuah harga yang murah, bagi pementasan yang sangat menghibur.
Wayang Cangkeman yang dimainkan Ramino memang sederhana, dan lahir
dari keadaan yang sederhana pula. Namun segala kesederhanaan ini, tidak
menghentikan semangatnya untuk terus membawa nama Wayang Cangkeman, ke
tengah dunia pewayangan Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)