Kamis, 25 Juli 2013

youtube ki ramino

http://www.youtube.com/watch?v=hqCiLA4zgjU

wayang cangkem ki ramino

Download mp3 ki ramino

bagi yang mau download mp3 ki ramino bisa di unduh di sini file berbentuk rar
1 Lakon full :

http://www.4shared.com/rar/_5wAFK_p/ki_ramino_banyu_suci_perwito_s.html

silahkan download
selamat menikmati sajian wayang dalang ki ramino
alamat : Belik , Demangrejo, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta



Perjalanan Dalang Ki Ramino


   Sederhana, tidak dalam sebuah panggung besar, dan tanpa disertai perlengkapan gamelan. Namun tetap unik, tetap menyuguhkan hiburan yang memikat. 
   Demikianlah pementasan Wayang Cangkeman, yang dipimpin oleh Ki Ramino, sang dalang. Disebut Wayang Cangkeman, karena musik pengiring pementasan wayang ini, berasal dari suara salah seorang personilnya, bukan mengandalkan gamelan tradisional Jawa, komplit dengan penabuhnya. Layaknya sebuah pementasan kelompok acapella, Ki Ramino memimpin lakon wayangnya.
   Wayang - wayang yang digunakan pun, berbeda dari wayang kebanyakan. Bila wayang kebanyakan dibuat dari kulit kerbau, maka wayang di tangan Ki Ramino, terbuat dari karton.
Sebuah jawaban apa adanya, dari seorang pemuda yang memiliki semangat berkesenian tinggi. Memang seperti itulah adanya. Ramino, yang tinggal di Dusun Kentheng, Demangrejo, Sentolo, Kulonprogo ini, adalah pria yang bersahaja. 
   Untuk setiap wayang yang dipentaskannya, ia mengandalkan kemampuan Harun, Suryanto, dan Tumiran. Ketiga orang inilah yang mensuplai Ramino, dengan berbagai jenis wayang permintaannya. Proses pembuatan wayang, dipelajari secara otodidak oleh ketiga sahabat ini. 
   Dimulai dari menggambar karakter wayang diatas karton. Proses ini hanya mengandalkan ingatan, pada bentuk wayang yang sudah ada. Bila sang penggambar tidak memiliki ingatan kuat, tokoh yang digambarnya bisa jadi tidak sesuai, dengan karakter awal yang dimiliki oleh masing - masing tokoh, yang sudah dikenal masyarakat. 
   Setelah digambar, beberapa bagian wayang memerlukan penatahan, atau pemotongan dengan cutter, sehingga tampak berlubang. Proses ini merupakan bagian dari estetika dari sebuah bentuk wayang.
   Demikian juga proses pewarnaan, juga mengacu pada warna wayang kebanyakan, yang telah tertanam dalam benak mereka.
Wayang - wayang ini, memang dipesan oleh Ramino untuk melengkapi koleksinya. Penambahan koleksi ini, agar ia bisa memainkan cerita yang lebih banyak saat pementasan bersama kelompok Wayang Cangkemannya. Namun siapa yang menyangka, keputusannya menekuni Wayang Cangkeman, berawal dari kebiasaannya berkomunikasi melalui handie talkie, bersama warga kampungnya.
   Bila tidak sedang berlatih wayang, Ramino sehari - hari adalah penjual semangka, di pinggir jalan raya yang menghubungkan Yogja dengan Jawa Tengah. Inilah mata pencaharian utamanya. Namun ia tidak berkecil hati, karena dalang yang masih lajang ini, menghidupi dirinya dengan pekerjaan yang halal.
   Upaya Ramino memperkenalkan Wayang Cangkeman, sebagai alternatif hiburan yang terjangkau, namun tetap memiliki akar budaya Jawa, diawali dengan pementasan untuk meresmikan gardu atau pos ronda. Ramino juga pernah mementaskan wayangnya saat peresmian jalan setapak di desanya. Sekali pentas, ia biasanya mengutip bayaran sebesar 500 ribu rupiah. Sebuah harga yang murah, bagi pementasan yang sangat menghibur. 
   Wayang Cangkeman yang dimainkan Ramino memang sederhana, dan lahir dari keadaan yang sederhana pula. Namun segala kesederhanaan ini, tidak menghentikan semangatnya untuk terus membawa nama Wayang Cangkeman, ke tengah dunia pewayangan Indonesia.